tujuan filsafat pendidikan



BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang Masalah
Filsafat dan Pendidikan adalah dua hal yang saling bersinergi dan berkolaborasi. keduanya punya peran penting dalam mewujudkan tujuan dari pendidikan. filsafat sebagai salah satu landasan dalam melakasanakan teori-teori pendidikan. sedangkan proses pendidikan adalah rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan.
Pada perkembangan dunia pendidikan, tentu peran filsafat menjadi bagian yang harus selalu di implementasikan dan dijadikan landasan berfikir dan berkarakter di lingkungan pendidikan. karena pendidikan merupakan proses pembentukan karakter peserta didik untuk menjalani pada kehidupan yang lebih dewasa.
filsafat pendidikan adalah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam tentang pendidikan sampai ke akar-akarnya. karena filsafat pendidikan mempunyai tujuan.
dari beberapa penjelasan diatas, menarik untuk membahas tentang “Hakikat Tujuan Filsafat Pendidikan Islam”. maka akan kami uraikan dalam makalah ini.

2.      Rumusan Masalah
dari latar belakang masalah diatas ada beberapa rumusan yang dijadikan sebagai pembahasan dalam makalah ini, diantaranya sebagai berikut :
a.       Apalah Filsafat Pendidikan Islam itu ?
b.      apa hakikat tujuan filsafat pendidikan Islam itu ?
c.       bagaimana cara terbaik merealisasikan tuujuan-tujuan tersebut ?

BAB II
PEMBAHASAN
1.      Pengertian Filsafat Pendidikan Islam
Pendapat para ahli yang mencoba merumuskan pengertian filsafat pendidikan Islam, Muzayyin Arifin mengatakan pada hakikatnya adalah konsep berfikir tentang kependidikan yang bersumberkan atau berlandaskan pada ajaran-ajaran agama Islam tentang hakekat kemampuan manusia untuk dapat dibina dan dikembangkan serta dibimbing menjadi manusia (Muslim) yang seluruh pribadinya dijiwai oleh ajaran Islam.[1]
dari pengertian diatas, dapat dipahami bahwa filsafat pendidikan merupakan hal terpenting dalam melaksanak proses pendidikan Islam, karena dengan berfilsafat maka proses pendidikan berjalan dengan sistematis, mempunayi arah yang ralistis dan manfaat yang besar. sehingga antara filsafat dan pendidikan tidak dapat dipisahkan.

2.      Hakikat Tujuan Filsafat Pendidikan Islam
Made Pidarta (2007:86) mengutip Zanti Arbi mengungkapkan tentang tujuan filsafat pendidikan sebagai berikut :
1.      menginspirasikan
2.      menganalisis
3.      mengprekriptifkan
4.      mengivestigasi
maksud menginspirasi adalah memberikan inspirasi kepada para pendidik untuk melaksanakan ide tertentu dalam pendidikan. melalui filsafat tentang pendidikan, filosof menerapkan idenya. bagaimana pendidikan itui? kemana diarahkannya pendidikan itu? siapa yang patut menerima pendidikan ? dan bagaimana cara mendidik dan peran pendidik ?
selanjutnya yang dimaksud dengan menganalisis dalam filsafat peendidikan adalah memeriksa secara teliti bagian-bagian pendidikan agar dapat diketahui secara jelas validitasnya. hal ini perlu dilakukan agar dalam penyusunan konsep pendidikan secara utuh tidak terjadi kerancuan, tumpang tindih, serta arah yang simpang siur.
Memdeskriptifkan dalam filsafat pendidikan adalah upaya menjelaskan atau memberi pengarahan kepada pendidik melalui filsafat pendidikan. Yang dijelaskan dapat berupa hakikat manusia, aspek peserta didik yang perlu dikembangkan, batas-batas keterlibatan pendidik, arah dan target pendidikan sesuai dengan minat dan bakat peserta didik. Maksud menginvestigasi adalah memeriksa atau meneliti kebenaran teori pendidikan. Pendidik tidak dibenarkan begitu saja mengambil suatu konsep atau teori pendidikan untuk dipraktekkan di lapangan.
Senada dengan Made Pidarta, J.M. Daniel (1986:26) mengatakan bahwa filsafat memiliki tujuan-tujuan sebagai berikut:
1.                Inspirasional, yaitu tujuan filsafat pendidikan yang menyatakan cita-cita utopia bagi pendidikan manusia, baik pendidikan formal maupun informal;
2.                Analitik, yaitu menemukan dan menafsirkan makna dalam percakapan/bahasa dan praktek pendidikan;
3.                Preskriptif, yaitu tujuan filsafat pendidikan memberikan panduan yang jelas dan tepat bagi praktik pendidikan;
4.                Investigasi, yaitu tujuan filsafat pendidikan menyelidiki kebijakan dan praktek pendidkan yang diadopsi.[2]
Jika dilihat dari aspek hubungan antara filsafat dengan pendidikan, bisa terlihat dari beberapa indikator .Indikator ini sekaligus merupakan tujuan filsafat pendidikan. Tujuan tersebut antara lain :
Pertama, filsafat dijadikan oleh para pakar pendidikan sebagai bahan atau media (intrument) analisis. Hal ini berarti bahwa filsafat merupakan salah satu cara pendekatan yang digunakan oleh para ahli pendidikan dalam memecahkan problematika pendidikan dan menyusun teori-teori pendidikan. Di samping menggunakan metode-metode ilmiah lainnya. Aliran filsafat tertentu akan mempengaruhi dan memberikan bentuk serta corak terhadap teori-teori pendidikan yang dikembangkan atas dasar aliran filsafat tersebut.

Dengan kata lain, teori-teori dan pandangan filsafat pendidikan yang dikembangkan oleh seorang filosof, pasti berdasar dan bercorak serta diwarnai oleh pandangan dan aliran filsafat yang dianutnya. Adapun corak atau aliran filsafat secara umum adalah sebagai berikut:
1. Aliran Progresivisme.
Aliran ini disebut juga aliran pragmatisme. Aliran ini menaruh kepercayaan terhadap kekuatan alamiah manusia. Dan menolak otoritarianisme absolut termasuk agama.
2. Aliran Essensialisme.
Aliran ini merupakan kritik terhadap kondisi hidup yang mengarah kepada keduniawian atau materialisme. Tujuan aliran ini adalah membentuk pribadi bahagia dunia dan akherat.
3. Aliran Perennialisme.
Aliran ini muncul dikarenakan adanya kekecewaan terhadap dunia modern. Aliran ini menyarankan kembali pada masa lampau sebagi solusi menghadapi modernisme.
4. Aliran rekontruksionisme.
Aliran ini sama mempunyai kekecewaan terhadap proyek modernitas. Jalan yang ditempuh aliran ini berbeda dengan perennialisme. Aliran ini menyarankan dibentuknya konsensus umum tentang tujuan pokok atau tujuan tertinggi hidup manusia.
5. Aliran Eksistensialisme.
Aliran ini pada hakikatnya ingin mengembalikan keberadaan umat manusia sesuai dengan keadaan hidup asasi yang dimiliki dan dihadapinya (Zuhairini, 2004:20-30).

Kedua, filsafat juga berfungsi memberikan arah dan tujuan agar teori pendidikan yang telah dikembangkan oleh para ahlinya, yang didasarkan dan menurut pandangan dan aliran filsafat tertentu, mempunyai relevansi dengan kehidupan yang realistis (nyata). Artinya mengarahkan agar teori dan pandangan filsafat pendidikan yang telah dikembangkan tersebut dapat diterapkan dalam praktek kependidikan sesuai dengan kenyataan dan kebutuhan hidup yang berkembang dalam masyarakat. Di samping itu, adalah merupakan kenyataan bahwa setiap masyarakat hidup dengan pandangan dan filsafat hidupnya sendiri-sendiri yang berbeda antara satu sama lainnya, dan dengan sendirinya akan menyangkut kebutuhan hidupnya. Di sinilah letak fungsi filsafat dan filsafat pendidikan dalam memilih dan mengarahkan teori-teori pendidikan dan kalau perlu adanya relevansi dengan kebutuhan, tujuan, dan pandangan hidup dan masyarakat.

Ketiga, filsafat termasuk filsafat pendidikan, juga mempunyai fungsi untuk memberikan petunjuk (guide) dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu atau paedagogik. Suatu praktek kependidikan yang didasarkan dan diarahkan oleh suatu filsafat pendidikan tertentu akan menghasilkan dan menimbulkan bentuk-bentuk dan gejalagejala kependidikan yang tertentu pula. Hal ini adalah merupakan data-data kependidikan yang ada dalam suatu masyarakat tertentu. Analisis filsafat berusaha untuk menganalisis dan memberikan arti terhadap data-data kependidikan tersebut, dan selanjutnya menyimpulkan serta menyusun teori-teori pendidikan yang realistis, yang selanjutnya akan berkembanglah ilmu pendidikan (paedagogik) (Uus Ruswandi dkk, 2008:38).

Setiap ilmu sudah pasti memiliki kegunaan, termasuk juga ilmu filsafat pendidikan Islam. Omar Mohammad al-Taomy al-Syaibany misalnya mengemukakan tiga manfaat dari mempelajari filsafat pendidikan Islam tersebut sebagai berikut:

1.      Filsafat pendidikan itu dapat menolong para perancang pendidikan dan orang-orang yang melaksanakannya dalam suatu Negara untuk membentuk pemikiran sehat terhadap sistem pendidikan. Disamping itu, ia dapat menolong terhadap tujuan-tujuan dan fungsifungsinya serta meningkatkan mutu penyelesaian masalah pendidikan dan peningkatan tindakan dan keputusan termasuk rancangan-rancangan pendidikan mereka. Selain itu  ia juga berguna untuk memperbaiki peningkatan pelaksanaan pendidikan serta kaidah dan cara mereka mengajar yang mencakup penilaian, bimbingan dan penyuluhan.
2.      Filsafat pendidikan dapat menjadi asas yang terbaik untuk penilaian pendidikan dalam arti menyeluruh. Penilaian pendidikan itu dianggap persoalan yang perlu bagi setiap pengajaran yang baik. Dalam pengertian yang terbaru, penilaian pendidikan meliputi segala usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh sekolah, institusi-institusi pendidikan secara umum untuk mendidik angkatan baru dan warga Negara dan segala yang berkaitan dengan itu.
3.      Filsafat pendidikan Islam akan menolong dan memberikan pendalaman pikiran bagi faktor-faktor spiritual, kebudayaan, sosial, ekonomi, dan politik di Negara (Abuddin Nata, 2005:16).

Dalam rangka memahami nilai mampaat mempelajari filsafat pendidikan, perlu diajukan tiga asumsi yang berhubungandengan hal ini, antara lain :

a.       Bahwa hidup tanpa perenungan adalah suatu kehidupan yang kurang berbobot;
b.      Bahwa apabila pendidikan sebagai proses eksperimentasi, maka hasil eksperimentasi pendidikan ini tidak segera diketahui;
c.       Bahwa berbuat salah tetapi kemudian tahu letak kesalahan dan memperbaikinya, lebih baik daripada berbuat baik tetapi tidak tahu letak kebaikannya.

Jika asumsi yang dikemukakan diatas benar, maka dapat dikemukakan beberapa nilai atau mampaat filsafat pendidikan sebagai berikut:

1.      Membiasakan berpikir kritis dan reflektif terhadap problemattika hidup dan kehidupan manusia;
2.      Memberikan pengertian-pengertian yang mendalam akan problematika esensial dan dasar pertimbangan mana yang harus digunakan dalam menyelesaikan problem tersebut;
3.      Memberikan kesempatan kepada pendidik untuk merenungkan kembali dan meninja kembali filsafat pendidikan yang selama ini diyakininya (Burhanudin Salam, 2002:44).

Djumransjah (2006:65) mengutip pendapat Brubacher mengatakan tentang fungsi filsafat pendidikan kepada para pendidik sebagai berikut :

a.       Fungsi spekulatif;
b.      Fungsi normatif;
c.       Fungsi kritik;
d.      Fungsi teori bagi praktik.
Dalam melaksanakan fungsi spekulatifnya, filsafat berusaha melakukan hal-hal sebagai berikut :

1.      Menarik kesimpulan atau merangkum berbagai persoalan pendidikan ke dalam satu gambaran pokok melalui proses abstrak dan generalisasi;
2.      Memahami persoalan pendidikan secara keseluruhan , dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi pendidikan.

Fungsi normatif filsafat pendidikan berhubungan dengan fungsi filsafat pendidikan sebagai perumus formulasi tujuan, norma, atau standar untuk mengarahkan pendidikan.
Filsafat pendidikan menentukan arah tujuan pendidikan, akan kemana pendidikan itu?, model masyarakat yang bagaimana yang dikehendaki oleh pendidikan dan seterusnya. Fungsi kritik berhubungan dengan fungsi filsafat pendidikan untuk melakukan penelitian secara cermat yang didasarkan atas pemikiran-pemikiran dan praktik pendidikan, dalam hal-hal berikut :

1.      Menguji dasar-dasar pemikiran logis, di mana kesimpulan pendidikan ada didalamnya;
2.      Menguji dengan teliti bahwa bahasa yang digunakan benar-benar harus terang dan jelas;
3.      Memerlukan bukti yang bermacam-macam, yang dapat dipergunakan untuk menguatkan atau menyangkal ungkapan tentang fakta pendidikan.

Fungsi teori bagi praktik menyatakan bahwa konsep, ide, analisis dan kesimpulankesimpulan yang tardapat dalam fungsi filsafat pendidikan berfungsi sebagai teori. Teori ini merupakan dasar bagi praktik atau pelaksanaan pendidikan. Menurut Sanusi Uwes (2001:135-136) mengatakan bahwa fungsi filsafat pendidikan Islam adalah sebagi berikut:

Pertama, berfungsi sebagai infra struktur bagi perilaku guru pada saat melaksanakan tugas pendidikan. Guru yang memahami filsafat akan memperlakukan unsur-unsur yang terlibat kegiatan pendidikan khususnya murid, waktu, bahan ajar, dan proses pendidikan dengan perilaku yang lebih manusiawi, bertujuan dan jelas argumennya karena di dukung oleh suasana batin yang memiliki karakter filsafat, seperti analitik, sistematik, rasional, dan universal.
Kedua, mendisiplin perilaku pendidik dan terdidik. Disiplin dalam pengertian memiliki kesadaran berperilaku yang konsisten dengan nilai yang dihasilkan dari berpikir radikaln dan sistematis mengenai hakikat mengajar dan mendidik. Filsafat pendidikan akan menuntun guru mendisiplinkan dirinya berdasarkan kesadaran makna hakiki pendidikan dan pengajaran tersebut.
Ketiga, kritis terhadap lingkungan pendidikan. Berdasarkan pemahamannya terhadap hakikat pendidikan, hakikat ilmu, dan hakikat anak didik, guru akan selalu berpihak Filsafat  kepada kepentingan anak didik, dan karena itu segala hal yang mengakibatkan kerugian bagi anak didik, akan dikritisi secara proporsional sesuai dengan tingkat pemahaman yang dimilikinya.
Keempat, selektif atas alternatif yang tersedia. Guru yang menjiwai filsafat akan selalu terdorong untuk senantiasa membaca dan membaca berbagai informasi yang berkaitan dengan teori, konsep, dan praksis pendidikan dari berbagai sudut pandang, baik ideologi, politik, ekonomi, dan sebagainya.
Kelima, kritis terhadap istilah-istilah. Dengan memahami filsafat sebagai hasil dari bacaannya, maka akan sangat kritis terhadap penggunaan istlah-istilah yang digunakan oleh ilmuwan lain.

Fungsi pendidikan lebih kongkret lagi dijelaskan oleh Ahmad D. Marimba. Menurutnya, bahwa filsafat pendidikan dapat menjadi pegangan pelaksanaan pendidikan yang menghasilkan generasi-generasi baru yang berkepribadian muslim. Generasi-generasi baru
ini selanjutnya akan mengembangkan usaha-usaha pendidikan dan mungkin mengadakan penyempurnaan atau penyusunan kembali filsafat yang mendasari usaha-usaha pendidikan itu sehingga membawa hasil yang lebih besar. Selanjutnya Muzayyin Arifin mengatakan, bila dilihat dari fungsinya, maka filsafat pendidikan Islam merupakan pemikiran yang mendasar yang melandasi dan mengarahkan proses pelaksanaan pendidikan Islam. Oleh karena itu filsafat ini juga memberikan gambaran tentang sampai di mana proses tersebut dapat direncanakan dan dalam ruang lingkup serta dimensi bagaimana proses tersebut dilaksanakan. Selain itu, ia juga mengatakan bahwa filsafat pendidikan Islam juga bertugas melakukan kritik-kritik tentang metodemetode yang digunakan dalam proses pendidikan Islam itu serta sekaligus memberikan pengarahan mendasar tentang bagaimana metode tersebut harus didayagunakan atau diciptakan agar efektif untuk mencapai tujuan.

Dari uraiannya ini, lebih lanjut dapat disimpulkan bahwa filsafat pendidikan Islam itu seharusnya bertugas dalam 3 (tiga) dimensi, yakni:

1.      Memberikan landasan dan sekaligus mengarahkan kepada proses pelaksanaan pendidikan yang berdasarkan Islam;
2.      Melakukan kritik dan koreksi terhadap proses pelaksanaan pendidikan tersebut;
3.      Melakukan evaluasi terhadap metode yang digunakan dalam proses pendidikan tersebut (M. Arifin, 2005:6).
4.       
Dengan memperhatikan uraian tersebut dapat diketahui ternyata filsafat pendidikan Islam berfungsi mengarahkan dan memberikan landasan pemikiran yang sistematik, mendalam, logis, universal, dan radikal terhadap berbagai masalah yang beroperasi dalam  bidang pendidikan dengan menempatkan al-Qur’an dan al-Sunah sebagai dasar utama acuannya (Abuddin Nata, 2005:17-20). Pendidikan memiliki pengertian yang sempit dan pengertian yang luas. Dalam pengertian yang luas, pendidikan memiliki ruang lingkup yang luas. Disamping permasalahan pendidikan itu hanya berhubungan dengan hal praktis dan sehari-hari, pendidikan juga memiliki permasalahan yang mendasar dan mendalam. Diantara permasalahan pendidikan mendalam yang membutuhkan filsafat pendidikan antara lain:
1.      Masalah kependidikan pertama dan mendasar adalah tentang apakah hakikat pendidikan itu. Mengapa pendidikan itu harus ada pada manusia dan merupakan hakikat hidup manusia. Apa pula hakikat manusia itu;
2.      Apakah pendidikan itu berguna untuk membina kepribadian manusia;
3.      Apakah sebenarnya tujuan manusia itu. Apakah pendidikan itu untuk individu, atau untuk kepentingan masyarakat. Apakah pendidikan itu dipusatkan untuk membina kepribadian manusia ataukah untuk pembinaan masyarakat;
4.      Siapakah hakikatnya yang bertanggungjwawab terhadap pendidikan itu. Sampai dimana tanggung jawab itu;
5.      Apakah hakikat pribadi manusia itu. Manakah yang lebih utama untuk di didik: akal, kemauan atau perasaannya;
6.      Apakah hakikat masyarakat itu, bagaimana kedudukan individu dalam masyarakat;
7.      Apakah isi pendidikan yang relevan dengan pendidikan yang ideal, apakah kurikulum yang mengutamakan pembinaan kepribadian dan sekaligus kecakapan untuk memangku suatu jabatan dalam masyarakat;
8.      Bagaimana metode pendidikan yang efektif untuk mencapai tujuan pendidikan yang ideal (Prasetya, 2002:13-14).

Secara praktis (dalam prakteknya),filsafat pendidikan Islam banyak berperan dalam memberikan alternatif-alternatif pemecahan berbagai macam problem yang dihadapi oleh pendidikan Islam, dan memberikan pengarahan terhadap perkembangan pendidikan Islam.Hal ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a.       Pertama-tama filsafat pendidikan Islam, menunjukkan problema yang dihadapi oleh penddikan Islam, sebagai hasil dari pemikiran yang mendalam, dan berusaha untuk memahami duduk masalahnya;
b.      Filsafat pendidikan Islam, memberikan pandangan tertentu tentang manusia (menurut Islam);
c.       Filsafat pendidikan Islam dengan analisanya terhadap hakikat hidup dan kehidupan manusia, berkesimpulan bahwa manusia mempunyai potensi pembawaan yang harus ditumbuhkan dan diperkembangkan;
d.      Filsafat pendidikan Islam, dalam analisanya terhadap masalah-masalah pendidikan Islam masa kini yang dihadapinya, akan dapat memberikan informasi apakah proses pendidikan Islam yang berjalan selama ini mampu mencapai tujuan pendidikan Islam yang ideal, atau tidak;
e.        
Dengan demikian peranan filsafat pendidikan Islam, menuju kedua arah, yaitu ke arah pengembangan konsep-konsep filosofis dari pendidikan Islam, yang secara otomatis akan menghasilkan teori-teori baru dalam ilmu pendidikan Islam, dan kedua kearah perbaikan dan pembaharuan praktek dan pelaksanaan pendidikan Islam (Zuhairini dkk, 2004:134-136).[3]


























BAB III
KESIMPULAN
            Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan, bahwa dalam melaksanakan proses pendidikan, agar tujuannya tercapai maka sangat diperlukan mengintrnalisasi dan mengimplikasikan filsafat pendidikan Islam dari berbagai aspek. baik pengertian dan ruang lingkupnya, fungsi dan tujuannya, maupun teori dan metodenya. karena dengan berfilsafat maka akan melahirkan pola pikir yang komprehensif tentang pendidikan Islam dan berusaha untuk merubah kepada perubahan yang lebih baik.






















DAFTAR PUSTAKA

            Abuddin Nata. Paradigma Pendidikan Islam. Grasindo, Jakarta2001
Heris Hermawan. Filsafat Pendidikan Islam. direktorat Jendaral Kementrian Agama. 2012.
M. Arifin Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta 1996

Zuhairini Ilmu Penddidikan IslamBumi Aksara, Jakarta 1995






[2] a. Heris Hermawan. Filsafat Pendidikan Islam. direktorat Jendaral Kementrian Agama. 2012. Hal 26-27
[3] . Heris Hermawan. Filsafat Pendidikan Islam. direktorat Jendaral Kementrian Agama. 2012. Hal 27-33






Komentar