BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang Masalah
Salah satu kekurangan umat Islam secara umum adalah sikap disiplin. Sikap kurang
disiplin ini yang menjadikan generasi muslim dipandang sebelah mata dalam
kehidupan sosial, maka Siswa sebagai generasi penerus Islam harus memiliki
sikap disiplin dalam segala hal. Nabi Muhammad SAW telah mencontohkan
bermacam-macam bentuk kedisiplinan yang bisa kita amalkan dalam kehidupan
sehari-hari, seperti zakat, puasa dan yang sering kita lakukan yang akan
menjadi pembahasan dalam penelitian ini yaitu shalat.
Menurut Saiful Bahri Djaramah “disiplin timbul
dari dalam jiwa karena adanya dorongan untuk mentaati tata tertib tersebut.
Disiplin dapat melahirkan semangat menghargai waktu, bukan menyia-nyiakan waktu
berlalu dalam kehampaan[1]
Seorang yang disiplin
ketika melakukan suatu pelanggaran walaupun kecil akan merasa bersalah terutama
karena ia merasa telah mengkhianati dirinya sendiri. Dengan demikian, sikap
disiplin adalah suatu keharusan. Perilaku disiplin itu tersirat dalam sifat
ihsan.
Dalam hadits disebutykan tentang Ihsan :
قال: فأخبرني عن الإحسان. قال: أن تعبد الله كأنك تراه فإن لم تكن تراه فإنه يراك
Artinya : “...Ihsan adalah menyembah Allah seakan-akan
kamu melihat-Nya, jika kamu tidak bisa melihat-Nya maka sesungguhnya Dia
melihatmu. “[2]
Konsekuensi dari perilaku ihsan ini adalah
komitmen untuk melakukan segala aturan Allah menjalani perintah dan menjauhi
larangan-Nya saat sendirian maupun saat ada orang yang mengawasi.
Kesadaran bahwa perilaku disiplin diri atau
ihsan sebagai bentuk dari kecintaan manusia pada dirinya sendiri itu sangatlah
penting. Sebab, dengan begitu, pengawasan tak lagi diperlukan. Korupsi,
pencurian, perzinaan dan tindakan kriminal serta asusila lainnya tak akan ada.
Karena semua tindakan kriminal, asusila dan pelanggaran yang lain timbul dari
lemahnya kesadaran bahwa segala perbuatan yang melanggar aturan Tuhan dan
manusia pada dasarnya akan merusak diri sendiri, keluarga dan semua orang yang
dicintainya.
Untuk mencapai kedisiplina Umat Islam harus membiasakan
diri dengan sholat di awal waktu, dengan membiasakan Sholat diawal waktu secara
istiqomah tanpa kita sadari akan membentuk kedisiplinan seorang muslim.
Dalam Pembinaan sikap, metode pembiasaan
sebenarnya cukup efektif. Lihatlah pembiasaan yang dilakukan Rasulullah;
perhatikanlah orang tua kita mendidik anaknya. Anak-anak yang dibiasakan bangun
pagi, akan bangun pagi sebagai kebiasaan, ajaibnya, kebiasaan bangun pagi itu
juga mempengaruhi jalan hidupnya. Dalam mengerjakan pekerjaan lain pun ia cenderung
“pagi-pagi”, bahkan sepagi mungkin.[3]
Begitu pula
dalam pembinaan sikap
kedisiplinan yang dibentuk dengan
metode pembiasaan sholat
awal waktu. Diharapkan dengan
membiasakan disiplin shalat
awal waktu, seorang Siswa juga
disiplin dalam mengerjakan pekerjaan lainnya.
Ketaatan melaksanakan shalat pada waktunya, menumbuhkan kebiasaan untuk secara
teratur dan terus menerusmelaksanakannya pada waktu yang ditentukan. Shalat
dalam al-Qur‟an dihubungkan dengan kebaikan-kebaikan, yaitu meminta kepada
Allah untuk sesuatu yang baik.[4]
Seperti dalam Qur’an Surah at-taubah ayat 103 :
خُذْ
مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا وَصَلِّ
عَلَيْهِمْ إِنَّ صَلاتَكَ سَكَنٌ لَهُمْ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ .
Artinya
: ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah
Maha mendengar lagi Maha mengetahui.[5]
Menurut Khairunnas Rajab, shalat adalah “upaya
membangun hubungan baik antara manusia dengan Tuhannya”. Shalat yang dikerjakan
lima waktu yang telah ditentukan merupakan fardu ain. “Shalat fardu dengan
ketetapan waktu pelaksanaannya dalam al-Qur‟an dan as-Sunnah mempunyai nilai
disiplin yang tinggi bagi seorang muslim yang mengamalkanya.[6]
Shalat diawal waktu merupakan keridhaan Allah
sedangkan di akhir adalah ampunan Allah seperti hadits yang diriwayatkan dari
Abdullah bin Umar r.a: Rasulullah SAW bersabda :
الوقت الأول من الصلاة رضوان الله والآخر عفو
Artinya : Awal waktu shalat adalah keridhaan Allah dan
akhir waktu adalah ampunan Allah...” (HR. Tirmidzi).[7]
Kedisiplinan dalam kehidupan sehari-hari memerlukan
pembiasaan. Seorang ingin disiplin waktu ia harus membiasakan diri tepat waktu
dalam segala aktivitasnya. Shalat merupakan Ibadah yang mendidik berbagai hal
mulai dari kedisiplinan hingga komitmen terhadap ucapan sikap dan perbuatan.
Karena itulahAllah memerintahkanshalatdenganrahasiayangmendalamkepada
manusia agar selalu ingat kepada-Nya, yaitu melalui shalat fardu yang
berketerusan dan dalam waktu yang telah ditentukan.[8]
Oleh karena itu,
apabila ditelaah dengan sebaik-baiknya maka akan terlihat jelas bahwa hubungan
shalat dengan kedisiplinan sangat relevan. Keduanya merupakan dua metode dalam
mewujudkan kebahagiaan dan menumbuhkembangkan kepribadian dan kesehatan mental
Islam.
Metode pembiasaan
dalam shalat (lima kali dalam satu hari satu malam), selaras dengan metode
pembiasaan yang dikemukakan oleh An-Nahlawy. Menurut An-Nahlawy yang dikutip
oleh Ahmad Tafsir “pencapaian pendidikan dapat dilakukan dengan membiasakan
pengamalan terhadap apa yang telah diajarkan kepada siswa.[9]
Berdasarkan pada
deskripsi latar belakang di atas, kami akan menelaah lebih jauh tentang hal-hal yang
berkaitan dengan shalat awal waktu. Dalam hal ini akan kami uraikan dalam
makalah yang berjudul “Pembiasaan Shalat Awal Waktu Sebagai Metode Pembentuk
Sikap Kedisiplinan Siswa.”
2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan
yang akan dibahas adalah:
1.
Apa pengertian Pembiasaan Shalat Awal Waktu
Sebagai Metode Pembentuk Sikap Kedisiplinan Siswa?
2.
Bagaimana Implementasi Pembiasaan Shalat Awal
Waktu Sebagai Metode Pembentuk Sikap Kedisiplinan Siswa?
3.
Apa Saja Problematika secara umum Dalam
Pembiasaan Shalat Awal Waktu?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Pembiasaan Shalat Awal Waktu Sebagai Metode Pembentuk Sikap Kedisiplinan Siswa.
Untuk
membahas apa pengertian dari Pembiasaan
Shalat Awal Waktu Sebagai Metode Pembentuk Sikap Kedisiplinan Siswa, perlu kita
uraikan apakah pengertian Pembiasaan, Sholat Awal Waktu, Metode dan
kedisiplinan Siswa. Yang pertama kami
uraikan pengertian pembiasaan.
a. Pembiasaan dalam
KBBI adalah “menjadikan terbiasa.”Pembiasaan sebenarnya berintikan pengalaman,
yang dibiasakan itu adalah sesuatu yang diamalkan. Metode pembiasaan juga
digunakan oleh Al-Qur’an dalam memberikan materi pendidikan melalui pembiasaan
yang dilakukan secara bertahap. Begitu pula dalam pembinaan sikap kedisiplinan
yang dibentuk dengan
metode pembiasaan sholat awal waktu.
Diharapkan dengan membiasakan
disiplin shalat
awalwaktu,seorangSiswajuga disiplin dalam mengerjakan pekerjaan lainnya.
Pembiasaan menurut
E. Mulyasa, merupakan metode paling tua. Beliau mengartikan pembiasaan adalah
sesuatu yang secara sengaja dilakukan berulang-ulang agar sesuatu itu dapat
menjadi kebiasaan. Dalam bidang psikologi pendidikan, metode pembiasaan dikenal
dengan istilah operantconditioning. Pembiasaan
akan membangkitkaninternalisasi nilai dengan cepat. Internalisasi adalah upaya
menghayati dan mendalami nilai, agar tertanam dalam diri manusia. Karena
pendidikankarakter berorientasi pada pendidikan nilai, maka perlu adanya proses
internalisasi tersebut.[10]
b.
Shalat adalah “rukun Islam yang kedua berupa
ibadah kepada Allah SWT yang wajib dilakukan oleh setiap muslim mukhalaf dengan
rukun dan bacaan tertentu. Dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam atau
do‟a kepada Allah. Awal Waktu “awal yaitu mula-mula sedangkan waktu yaitu saat
yang ditentukan berdasarkan pembagian bola dunia. Menurut Lois Ma‟luf dalam
bukunya al-Munjid fi al-Lhughoh wa
al-A’lam yang dikutip oleh Khairunnas Rajabmengemukakan bahwa “kata Shalat
jamaknya adalah shalawat yang berarti
“menghadapkan segenap pikiran untukbersujud, bersyukur dan memohon bantuan.[11]
Shalat adalah upaya membangun hubungan baik antara manusia dengan Tuhannya.
Shalat yang dikerjakan lima waktu yang telah ditentukan merupakan fardu ain.
Shalat fardu dengan ketetapan waktu pelaksanaannya dalam al-Qur‟an dan as-Sunah
mempunyai nilai disiplin yang tinggi bagi seorang muslim yang mengamalkanya.[12]
c.
Istilah shalatdiawalwaktu adalah pendapatparaulama
dalam menafsirkan “ash-sholatu ‘ala
waqtiha” (sholatpada waktunya) sebagai salah satu amalan yang paling
dicintai Allah SWT.Al-Qur’an Al-Quran dan hadits tidak menyebutkan istilah“shalat di awal waktu” secara eksplisit.
Namun, bukan berarti ini menjadi “pembenaran” atau jadi alasan untuk menunda-
nunda atau mengulur-ulur pelaksanaan shalat.
Disebutkan dalam
hadits riwata al-Bukhari :
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ
بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ قَالَ الصَّلَاةُ عَلَى وَقْتِهَا
Artinya : dari
Abdullah bin Mas’ud beliau berkata : saya bertanya kepada Nabi SAW Amal perbuatan apakah yang paling disukai
Allah?” Beliau menjawab : “Shalat tepat pada waktunya.”
Ketaatan
melaksanakan shalat pada waktunya, menumbuhkan kebiasaan untuk secara teratur
dan terus menerus melaksanakannya pada waktu yang ditentukan. Shalat di awal
waktu menunjukkan tingkat keimanan, ketakwaan, dan kecintaan kepada Allah SWT.
Kecintaan kepada Allah (mahabbatullah) akan
melahirkan rasa rindu selalu ingin bertemu. Dan pertemuan
dengan Allah terutama terjadi dalam Shalat. Lagi pula, dengan disegerakannya shalat, seorang mukmin berarti
menunjukkan ingin segera
diampuni dosa-dosanya.
d. Metode adalah berasal dari bahasa lain “meta” yang berarti melalui, dan “hodos” yang berarti jalan atau ke-atau cara ke-. Dalam bahasa Arab,
metode disebut “tariqah” artinya
jalan, cara, sistem atau ketertiban dalam mengerjakan sesuatu. Sedangkan
menurut istilah ialah suatu sistem atau cara yang mengatur suatu cita-cita.
Metode Pembiasaan Shalat Awal waktu adalah cara yang ditempuh dengan
mengerjakan Shalat di awal waktu.
e. Kedisiplinan siswa Secara etimologis, “disiplin”
berasal dari bahasa Latin, desclipina, yang menunjukkan kepada kegiatan
belajar mengajar. Istilah tersebut sangat dekat dengan istilah dalam bahasa
Inggris, disciple yang berarti mengikuti orang untuk belajar di bawah pengawasan
seorang pemimpin. Istilah bahasa Inggris lainnya adlah discipline, yang
berarti tertib, taat, atau mengendalikan tingkah laku, penguasaan diri, kendali
diri.[13]
Kata
“murid” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai pengertian orang
yang sedang berguru. Menurut Ahmad Warson Al-Munawwir dalam kamusnya “al-Munawwir”
bahwa “murid” adalah orang yang masa-masa belajar. Sedangkan kata “murid”
menurut John M. Echold dan Hassan Shadily adalah orang yang belajar (pelajar).
Istilah
lain yang berkenaan dengan murid (pelajar) adalah al-thalib. Kata ini
berasal dari bahasa Arab, thalaba, yathlubu, thalaban, thalibun yang
berarti “orang yang mencari sesuatu”. Pengertian ini dapat dipahami karena
seorang pelajar adalah orang yang tengah mencari ilmu pengetahuan, pengalaman,
dan keterampilan dan pembentukan kepribadiannya untuk bekal kehidupannya di
masa depan agar berbahagia dunia dan akhirat.
Kata
al-thalib ini selanjutnya lebih digunakan untuk pelajar pada perguruan
tinggi yang selanjutnya disebut mahasiswa. Penggunaan kata al-thalib
untuk mahasiswa dapat dimengerti karena seorang mahasiswa sudah memiliki bekal
pengetahuan dasar yang ia peroleh dari tingkat pendidikan dasar dan lanjutan,
terutama pengetahuan tentang membaca, menulis dan berhitung. Dengan bekal
pengetahuan dasar ini, ia diharapkan memiliki bekal untuk mencari, menggali dan
mendalami bidang keilmuan yang diminatinya dengan cara membaca, mengamati,
memilih bahan-bahan bacaan, seperti buku-buku, surat kabar, majalah, fenomena
sosial melalui berbagai peralatan dan sarana pendidikan lainnya, terutama bahan
bacaan. Bahan bacaan tersebut setelah dibaca, ditelaah dan dianalisa
selanjutnya dituangkan dalam berbagai karya ilmiah seperti artikel, makalah,
skripsi, tesis, desertasi, laporan penelitian dan lain sebagainya.
Istilah al-thalib selanjutnya
banyak digunakan oleh para ahli pendidikan Islam klasik sampai dengan zaman
sekarang ini. Di antara yang menggunakan istilah al-thalib adalah Imam
al-Ghazali. Dalam hubungan ini ia mengatakan: bahwa al-thalib bukan
kanak-kanak yang belum dapat berdiri sendiri, dan dapat mencari suasana,
melainkan ditujukan kepada orang yang memiliki keahlian, berpengetahuan,
mencari jalan dan mendahulukan sesuatu yang bermanfaat baginya.[14]
Kedisiplinan siswa dalam lingkungan
sekolah memiliki peranan yang sangat penting. Sikap disiplin dalam sekolah
adalah sangat perlu, karena kedisiplinan akan menghasilkan karya yang
diharapkan.
2. Implementasi
Pembiasaan Shalat Awal Waktu Sebagai Metode Pembentuk Sikap Kedisiplinan Siswa.
Dari beberapa pengertian diatas dapat diketahui
bahwa pembiasaan shalat awal waktu sebagai metode pembentuk sikap kedisiplinan
siswa adalah kegiatan penerapan shalat awal waktu dengan metode pembiasaan yang
tujuannya membentuk sikap kedisiplinan siswa dalam lingkup Sekolah.
Dalam pembinaan sikap, metode pembiasaan
sebenarnya cukup efektif. Seperti pembiasaan yang dilakukan oleh Rasulullah
“Perhatikanlah orang tua kita mendidik anaknya. Anak-anak dibiasakan bangun
pagi, dan selanjutnya akan bangun pagi sebagai kebiasaan. Ajaibnya, kebiasaan
bangun pagi itu juga mempengaruhi jalan hidupnya, yaitu dalam mengerjakan
pekerjaan lain pun cenderung “pagi-pagi”, bahkan sepagi mungkin. Begitu pula
dalam pembiasaan shalat awal waktu, diharapkan santri juga terbiasa mengerjakan
pekerjaan lainnya di awal waktu juga, sehingga sikap kedisiplinannya dapat
terbentuk.
Shalat fardhu lima waktu yang dikerjakan dalam
waktu-waktu tertentu dapat membentuk disiplin yang kuat pada seseorang. Shalat
awal waktu ini merupakan latihan pembinaan disiplin pribadi.
Metode pembiasaan dalam shalat awal waktu ini
akan membangkitkan internalisasi nilai dengan cepat, internalisasi adalah upaya
menghayati dan mendalami nilai, agar tertanam dalam diri manusia.
BAB III
KESIMPULAN
Shalat Lima Waktu adalah
kewajiban bagi setiap Muslim, dalam shalat terkandung banyak hikmah bagi setiap
muslim yang mengerjakannya terlebih jika dikerjakan di awal waktu secara
istiqomah dan jama’ah. Dan juga karena shalat adalah tiangnya agama. Barang
siapa yang mengerjakan shalat maka ia menegakkan agama dan barang siapa yang
meninggalkan shalat maka ia merobohkan agama. Setiap hal yang wajib bagi umat
Islam merupakan keuntungan baginya.
Siswa atau pelajar adalah
anak-anak bangsa yang menjadi generasi penerus. Nasib bangsa ini ada ditangan
mereka jika pelajar bersikap baik maka bangsa ini akan menjadi baik pula, namun
jika sebaliknya, banyak kenakalan pelajar, kriminalitas dilingkungan pelajar
maka bangsa ini akan hancur.
Maka dari itu sangat
dibutuhkan kaderisasi di lingkungan siswa agar kelak menjadi pelopor keutuhan
dan kemajuan bangsa. Salah satu hal yang dilakukan sebagai kaderisasi siswa
adalah dengan pembiasaan disiplin baik dilingkungan sekolah maupun di rumah.
Sebagai siswa muslim tentu tidak terlepas dari kedisiplinan yang harus
dikerjakan sebagai kewajiban seorang muslim yaitu Shalat. Dengan menekan
pembiasaan shalat di awal waktu maka memberikan manfaat pada sikap siswa
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Tafsir, Ilmu
Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung : Rosda Karya, 2010),
al-Jazari, Ibn al-Atsir,
Ensiklopedi Shalat (Panduan
ShalatBerdasarkan Rujukan Berbagai Kitab Hadis Klasik), (Bandung:
Mizan,2011),
Daradjat, Zakiah, Shalat
Menjadikan Hidup Bermakna, (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, Cet. 7, 1996),
Djaramah, Syaiful Bahri, Rahasia
Sukses Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002),
E. Mulyasa, Manajemen
Pendidikan Karakter, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011),
Imam Nawawi, Hadits
Arbain Nawawi dan Terjemahnya, (Surakarta: Media Insani Pers, 2007),
Rahman, Budi Munawar, Kontekstual
Doktrin Islam dalam Sejarah, (Jakarta: Paramadina, 1995),
Rajab, Khairunnas, Psikologi Ibadah (Memakmurkan Kerajaan
Ilahidi Hati Manusia), (Jakarta: AMZAH, 2011),
Tu’u, Tulus, Peran Disiplin
pada Perilaku dan Prestasi Siswa, (Jakarta:
Grasindo 2004),
[1]Syaiful
Bahri Djaramah, Rahasia Sukses Belajar,
(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), hlm. 12-13
[2]Imam
Nawawi, Hadits Arbain Nawawi dan
Terjemahnya, (Surakarta: Media Insani Pers, 2007), hlm. 13-1
[3]Zakiah Daradjat, Shalat Menjadikan Hidup Bermakna, (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya,
Cet. 7, 1996), hlm.144
[4]Khairunnas
Rajab, Psikologi Ibadah (Memakmurkan
Kerajaan Ilahidi Hati Manusia), (Jakarta: AMZAH, 2011), hlm. 91
[5]Departemen
Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya,(Jakarta:
Sygma Examedia Arkanleema, 2009) hlm. 203
[6]Khairunnas
Rajab, Psikologi Ibadah (Memakmurkan
Kerajaan Ilahidi Hati Manusia), (Jakarta: AMZAH, 2011), hlm. 93-95
[7]Ibn
al-Atsir al-Jazari, Ensiklopedi Shalat
(Panduan ShalatBerdasarkan Rujukan Berbagai Kitab Hadis Klasik), (Bandung:
Mizan,2011), hlm. 65-66
[8]Budi
Munawar Rahman, Kontekstual Doktrin Islam
dalam Sejarah, (Jakarta: Paramadina, 1995), hlm. 403
[9]Ahmad
Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif
Islam, (Bandung : Rosda Karya, 2010), hlm.137
[10]E.
Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm.166-167
[11]Khairunnas
Rajab, Psikologi Ibadah (Memakmurkan
Kerajaan Ilahidi Hati Manusia, (Jakarta: Amzah, 2011), hlm. 91
[13]Tulus Tu’u, Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa,
(Jakarta: Grasindo 2004), hlm. 30
[14]https://kholifahcom.wordpress.com/2014/06/28/kedisiplinan-siswa/.
Diakses pada 14 September 2017
Komentar
Posting Komentar