KKN 2012 IAIT KEDIRI (Kelompok X)

KKN 2012 IAIT KEDIRI
Di Dsn. waung Ds. Sonoageng Kec. Prambon Kab. Nganjuk
14 Juli 2012

Dari keterangan tokoh agama didesa waung-sonoageng-prambon-nganjuk, didesa tersebut khususnya bagian utara, perkembangan agama Islam dibilang baru. dulu masyarakatnya banyak yang melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang agama seperti judi, mabuk-mabukan. dan tidak begitu memperhatikan agamanya. bahkan dulu pernah didatangi sekelompok agama Non Islam yang membuat beberapa program dan kegiatan dengan tujuan untuk mempengaruhi masyarakat agar menganut agama mereka. namun tidak lama oleh beberapa tokoh masyarakat mereka tidak diterima tinggal di Desa ini.  saat kami bersilatur rahim ke salah satu ketua RT desa tersebut, kami sempat berbincang-bincang tentang Dsn. Waung ini, dari penjelasan ketua RT, masjid didesa tersebut baru dibangun, sebelumnya masyarakat didaerah waung bagian utara masjidnya gabung dengan waung bagian tengah, karenaa luasnya desa ini maka harus berjalan jauh bila hendak pergi ke Masjid. adapun jama’ah sholat lima waktu di mushola. barulah sekitar tahun 2004 seorang dari kecamatan Pace-nganjuk yang bernama Abdul Mufid (sekarang jadi tokoh agama  diDesa tersebut) dan beberapa tokoh agama termasuk kedua saudara iparnya Ky. Jaelani dan Ky. Abror ketiganya menjadi menantu bapak Syamsudin yang menjadi  tokoh Agama sebelum ketiga menantunya. dengan tekad yang besar, ketekunan, ketabahan, dan perjuangan beliau mengajak beberapa warga untuk membangun masjid. dalam pembangunan masjid beliau tanpa sepersen pun meminta dana dari warga setempat, karena beliau tau masyarakat saat itu kurang suka dengan agama, dalam jangka waktu kurang  1tahun Masjid yang diberi nama An-Nur sudah jadi. banyak warga yang kagum dengan pembangunan Masjid itu, karena para menantu Bapak Syamsudin bukanlah saudagar kaya raya atau pengusaha besar. lambat laun seiring berjalannya waktu, sedikit demi sedikit banyak warga yang mengagumi beliau (Ky. Abdul Mufd), selain kesabaran, keramahan kepada semua orang beliau tidak pernah membenci orang-orang yang berbuat dholim, ketika bertemu siapapun atau melihat kejadian apapun beliau tersenyum ramah. tidak pernah menyalahkan perbuatan masyarakat walaupun dilarang agama. sehingga warga sungkan kepada beliau. dan mulai ada beberapa war ga yang mengikuti beliau jama’ah ke Masjid. bahkan sekarang ada Jama’ah Muslimin dan Jama’ah Muslimat tiap seminggu sekali yang bertempat di rumah warga yang menjadi jama’ah secara bergilir. Tiap tanggal 15 bulan Hijriyyah di Masjid ini dilaksanakan Jama’ah Sholat Tasbih dan Sholat Hajat yang disebut Lailatul Ijtima’,  selapan sekali juga ada jama’ah laki-laki dan perempuan membaca tahlil dan istighostah yang bertepatan pada hari Malem Jum’at Kliwon. kebetulan pada waktu itu pertama kali kami menempati tempat KKN, sehingga moment tersebut kami jadikan sebagai acara pembukaan KKN sekaligus perkenalan kepada warga masyarakat desa tersebut. jama’ahnya bapak-bapak dan ibu-ibu yang agak tua. kami tidak melihat para pemudanya. acara pada waktu itu adalah pembukaan, pembacaan nama-nama orang yang dikirimi do’a, kemudian sambutan dari kami, dilanjutkan bacaan tahlil dan istighotsah yang dipimpin oleh beliau Ky. Abdul Mufid. dalam acara ini kami ikut andil memberikan konsumsi kepada anggota Jama’ah. walau tidak terbilang mewah kami senang bisa ikut berpartisipasi.
Hari-hari kami lewati dengan penuh keceriaan, kebersamaan, kekompakan, dan penuh canda tawa. kelompok kami (kelomopk 10) terdiri dari 5 mahasiswa reguler kelas A tarbiyah PAI, 5 Mahasiswa reguler Tarbiyah PGMI, 1 Mahasiswa reguler Syari’ah Ahwalus Shahshiyah, 3 Mahasiswa Beasiswa, 5 Mahasiswa Kelas F Jam’iyah Halaqoh, 6 Mahasiswa Kelas G Jam’iyah Halaqoh, 1 Mahasiswa Kelas J Jam’iyah Halaqoh. walaupun baru kenal tapi kami sudah sangat akrab. jika ada perbedaan pendapat cepat terselesaikan. tujuan kami adalah dengan kebersamaan kami bisa memberi manfaat kepada kami sendiri khususnya dan seluruh komponen masayarakat pada umumnya. dengan harapan setelah kami pulang dari Desa ini, menyelesaikan tugas KKN ini masyarakat lebih berkembang dan lebih maju khususnya dalam bidang pendidikan Islam dan keagamaan.  masalah makan kami sudah ditanggung oleh sebagian anggota kelompok kami, dalam hal ini kebanyakan dari ibu-ibu yang tidak bisa full mengikuti kegiatan KKN, mereka menanggung makan kami yang menetap disini. tiga hari tinggal disini perut kami tidak pernah merasa kosong akan makanan. air bersihnya juga lancar, MCK dan kamar mandinya bersih.
Adapun pendidikan yang ada di Masjid  An-Nuur Dsn. Waung, Ds. Sonoageng Prambon-Nganjuk ini diantranya pendidikan non formal  Madrasah Diniyyah yang diberi nama AL-HUDA, santri yang mengaji tercatat pada tahun 2011 ada 102 anak, jumlah santri laki-laki 55 anak, dan perempuan 47 anak. mereka kebanyakan berasal dari daerah sekitar sini. dan rata-rata pada usia dibawah 12 tahun,  Madin yang dikepalai oleh M. Khoirul Huda putra Ky. Abdul Mufid ini terdiri dari 4 kelas tingkat Ula. Kitab-kitab yang dikaji antara lain :
Kelas I Ula
No.
Hari
Pelajaran
1
Sabtu
Tanwirul Qori
2
Ahad
Al-Qur’an + Kitabah
3
Senin
Mitra Sejati
4
Selasa
Al-Qur’an + Kitabah
5
Rabu
Zadul Mubtadi’ I
6
Kamis
Fasholatan
7
Jum’at
Libur


Kelas II Ula
No.
Hari
Pelajaran
1
Sabtu
Mabadi’ut Tajwid
2
Ahad
Al-Qur’an + Kitabah
3
Senin
Alala
4
Selasa
Al-Qur’an + Kitabah
5
Rabu
Zadul Mubtadi’ II
6
Kamis
Hidayatul Mubtadi’
7
Jum’at
Libur

Kelas III Ula
No.
Hari
Pelajaran
1
Sabtu
Hidayatus Shibyan
2
Ahad
Al-Qur’an + Kitabah
3
Senin
Mathlab
4
Selasa
Al-Qur’an + Kitabah
5
Rabu
Mabadil Fiqhiyyah Juz 1,2
6
Kamis
‘Aqidatul ‘Awam
7
Jum’at
Libur


Kelas IV Ula
No.
Hari
Pelajaran
1
Sabtu
Tuhfatul Athfal
2
Ahad
Al-Qur’an + Kitabah
3
Senin
Washoya
4
Selasa
Al-Qur’an + Kitabah
5
Rabu
Mabadil Fiqhiyyah Juz 3,4
6
Kamis
Khoridatul Bahiyah
7
Jum’at
Libur

Adapun struktur keorganisasian Madrasah Diniyyah sebagai berikut :
Nama Madin                 :    AL-HUDA
NSMD                            :    311235180310
Penasehat                     :    Ky. Abdul Mufid
Kepala                           :    M. Khoirul Huda
Waka Kurikulum            :    Sukarno, S.Pd
Waka Kesiswaan          :    Suwarno
Sekretaris                      :    Siti Badi’atur Rofi’ah
Bendara                        :    Binti Kholishoh
Dewan Pengajar           :    1. Ky. Abdul Mufid                           8. Siti Badi’atur Rofi’ah
                                           2. M. Choirul Huda                           9. Siti Amanah
                                           3. Suwarno                                       10. Siti Afifah
                                           4. Sukarno                                        11. Ma’rifatus Sholihah
                                           5. Sutaji                                            12. Insaroh
                                           6. Lasimin                                        13. Khusnul Khotimah
                                           7. Binti Kholishoh                             14. Sulistiyani

Selain mengaji tiap hari beberapa anak yang putri tiap seminggu sekali pada hari Sabtu Malam Minggu mengadakan rutinan berjanjen dan dziba’iyyah yang sampai sekarang masih berjalan. Sedangkan anak putra dulu pernah ada kegiatan seminggu sekali membaca Manaqib Syekh Abdul Qodir Aljaelani yang dirintis oleh M. Khoirul Huda (menantu Ky. Abdul Mufid) dan Nur Salim (pemuda desa sini) dan seorang pemuda satunya. Berjalan kurang 1 tahun pemuda yang satunya menikah dan tinggal di luar desa, penggerak kegiatan dari anak laki-laki menjadi berkurang sehingga membuat kegiatan ini tidak berjalan.
Sholat lima waktu yang jama’ah lumayan banyak, untuk Sholat Magrib, Isya’, dan Shubuh. namun sholat Dzuhur dan Ashar sangat sedikit bahkan yang adzan kyainya. Saat kami pertama menempati Masjid ini ketika masuk waktu sholat Ashar, kami melihat orang tua yang adzan, kemudian pujian setelah beberapa saat iqomah, hati kami tersentak saat  orang tua itu maju ke tempat imam, ternyata beliau yang mengimami sholat. Menjadi satu tugas bagi kami untuk memberdayakan bagaimana agar pemudanya atau santri Madin sini yang  Adzan. Kami tidak berfikir saat itu kalau orang tua tadi yang menjadi Imam karena bukan Kyai abdul Mufid, pikir kami yang mengimami adalah Kyai Abdul Mufid. Setelah itu kami tau bahwa yang menjadi Imam di Masjid An-Nuur Dsn. Waung ini ada tiga, Kyai Abdul Mufid sebagai Imam Jama’ah Sholat Shubuh dan Magrib, sedangkan Sholat Dzuhur dan Ashar di Imami oleh Ky. Jaelani  , dan Ky. Abror mengimami Sholat Isya’. Yang jama’ah dari kalangan pemuda dan anak-anak sangat sedikit, padahal pemuda dan anak-anak penduduk desa ini lumayan banyak. Hari-hari berikutnya kami mulai dengan pendekatan kepada pemuda dan anak-anak setelah kami mendapat rekomendasi dari TOMAS TOGA (Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama). Saat mereka mengaji ke Masjid, sebelum mulai kami berbincang-bincang dan mereka menanggapi kami dengan sangat antusias sehingga kami ajak untuk ke Masjid lebih awal mereka menyanggupi. Esoknya hari Jum’at yaitu hari liur madrasah, namun karena mereka kami ajak untuk berkumpul di Masjid, mereka pada datang. Kesempatan ini kami gunakan untuk melatih adzan, ada yang sholawatan, baca barzanji dan memainkan alat rebana banjari yang kami bawa. Mereka sangat senang terbukti dengan keseriusan mereka belajar. Kami menjadi sangat akrab dengan mereka dan mereka pun sering datang ke Masjid. 
Empat hari sudah kami tinggal di Desa ini dengan penuh keceriaan, senang rasanya bisa beradaptasi dengan masyarakat khususnya anak-anak.  Masyarakat pun menerima kami dengan lapang dada. Hari ke empat KKN kami bertapatan dengan diadakannya acara pengajian umum dalam rangka memperingati Isro’ Mi’roj Nabi Muhammad Sholla Allohu ‘Alaihi wa Sallam yang bertempat di Masjid An-Nuur ini. Kami menawarkan diri untuk mengisi Sholawatan albanjari pada pra acara, dan panitia menerima tawaran kami dengan senang, bahkan meminta kami agar mengisi sambutan wakil KKN. Walaupun kemarin kami sudah memperkenalkan diri kepada masyarakat  pada Jama’ah rutinan tahlil dan Istighotsah yang diikuti sekitar 50 orang, namun untuk acara pengajian umum ini kami diminta lagi untuk memberi sambutan, karena warga yang hadir lebih majmuk. Dalam moment sholawatan ini kami mengajak beberapa anak (santri Madin Al-Huda) untuk ikut melantunkan sholawat yang kami iringi dengan rebana albanjari yang sebelumnya sudah kami latih. Awanya mereka tidak mau karena malu, namun kami berikan beberapa alasan akhirnya mereka mau. Saat kami ajak mereka sedang duduk bersama orang tua, terlihat orang tuanya sangat mendukung. Kami bersama anak-anak tampil dengan memuaskan, mereka terlihat sangat senang. Acara pengajian berjalan lancar. Setelah kami bersama warga membereskan      berkakas pengajian kami istirahat, snack dan nasi berkatnya masih sisa sangat banyak, oleh warga disuruh menyimpan kami untuk dimakan besok. Sungguh membawa berkah kepada kami.
Hari berikutnya beberapa anak kami ajak belajar berjanjen, membaca dan melantunkan sholawat-sholawatnya, beberapa yang lain belajar memainkan banjari untuk mengiringi sholawat. Dengan harapan kedepan ada kegiatan berjanjen dan dziba’iyah tiap minggu oleh anak-anak, kami juga mengajak beberapa pemuda untuk menggerakkan mereka. Yang kami ajari adzan dengan harapan tiap ashar bukan Pak Kyai Jaelani yang Adzan. Mereka menjadi rutin tiap hari datang ke Masjid untuk belajar bersama kami. Adapun dalm bidang pendidikan dalam hal ini Madrasah Diniyah, sebagian dari kami ikut mengajar. Namun yang menjadi problem bagi kami, sebagian besar guru-gurunya tidak ikutmengajar, sebagian setelah melihat kami berada dilokasi belajar mereka terus pulang, padahal tujuan kami melihat metode belajarnya, kami khawatir mereka berfikir mumpung ada teman-teman KKN mereka tidak mengajar merasa ada penggantinya. Padahal bukan itu yang kita harapkan, kami ingin bersama-sama dengan mereka untuk menjadikan pendidikan Madrasah Diniyah lebih maju dan lebih berkembang, metode pembelajarannya lebih efisien, santrinya lebih semangat belajar, karena setelah kami amati beberapa hari sistem maupun metode pembelajaran di Madrasah Diniyah dan TPQ Al-Huda ini terbilang monoton bahkan metode yang diajarkan di TPQnya kurang sesuai dengan standart metode pengajaran Annahdhliyyah, karena diantara mata pelajaran di TPQ ini menggunakan kitab Annahdhliyyah. Sehingga ini menjadi problem bagi kami yang harus kami selesaikan, setelah kami musyawarah kelompok kami sepakat untuk mengajak para guru-guru bermusyawarah dengan tujuan bersama-sama mencapai mufakat untuk memanej Madrasah Diniyyah dan TPQ baik sistem dan metode pembelajarannya maupun manajemen adminstrasinya . langkah selanjutnya kami menyampaikan hal ini kepada Kepala Madin, beliau pun merekomendasikan dengan lapang dan disepakati hari sabtu musyawarahnya dilaksanakan karena guru-guru berkumpul untuk rutinan berjanjen tiap malam minggu.
Hari yang ditentukan untuk musyawarah telah tiba, ba’da sholat Isya’ kami bermusyawarah dengan Pengasuh, Kepala dan dewan pengajar Madin Al-Huda. beberapa aspirasi baik dari kami maupun dewan pengajar tersampaikan. kami menyampaikan bahwa posisi kami disini bukan menjadi pengganti dari dewan pengajar, namun sebagai pembantu sekaligus teman untuk diajak sharing masalah pendidikan Madrasah Diniyah dan TPQ, karena setelah kedatangan kami, sebagian dari mereka ada yang tidak masuk sama sekali, sehingga membuat kami berfikir mereka merasa tergantikan. dalam musyawarah tersebut dari pihak kepala Madin menyampaikan bahwa keberadaan teman-teman KKN sangat membantu, bahkan Ky. Abdul Mufid berkata kalau bisa jangan satu bulan. kami menyampaikan dengan harapan setelah kami meninggalkan tempat ini pendidikan agama semakin berkembang, dalam menyikapi masalah metode terutama An-Nahdhiyyah, mereka sepakat untuk mengadakan diklat guru TPQ yang dibina oleh salah satu teman KKN yang sudah berpengalaman dibidang pendidikan TPQ, diklat ini diadakan dua minggu sekali selama KKN tiap hari senin dan jum’at. Problem dalam bidang pendidikan sudah mulai ada solusi, yang jelas semua kami lakukan semaksimal mungkin, adapun hasilnya kami pasrahkan pada Yang Kuasa.



Dalam bidang keagamaan, tiap hari Masjid An-Nuur ini mulai diramaikan oleh anak-anak dan sebagian pemuda untuk berjanjen, ada yang membaca, bersholawat, dan memainkan banjari, anak-anak sangat senang, terbukti dari antusias mereka datang ke Masjid setiap hari sebelum Maghrib dan pulang setelah Isya’. Mereka belajar dengan sungguh-sungguh, belum ada satu minggu mereka sudah lancar dengan apa yang mereka tekuni, lancar bersholawat, lancar memainkan banjari, lancar aadzan dengan baik. Namun dalam membaca barzanji belum maksimal, kebayakan membacanya kurang lancar. Namun kami selalu berpesan untuk membaca Al-qur’an maupun Al-barzanji tiap hari dirumah. Hari – hari ditempat KKN kami lewati dengan senang, banyak hal yang mengesankan, kami juga banyak mendapat pengalaman dalam bermasyarakat khususnya sekitar Masjid.
Dalam bidang kewirausahaan, sebagian dari kelompok kami khususnya mahasiswi mengajarkan membuat kerajinan (gantungan kunci) yang terbuat dari kain panel dan membuat kue seperti bikang, lemper, apem, dan pukis, membuat es campur, dalam hal ini sasaran yang diajari adalah sebagian ibu-ibu warga dusun waung dan ustadzah Madin maupun TPQ Al-Huda,mereka pun sangat senang, dan banyuak yang mempraktikkan dirumah masing-masing. Dari teman mahasiswa menanam sawi, waluh, dan belimbing dipekarangan Masjid.
KKN kami bertepatan pada hari libur semester sekolah selama dua minggu, sehingga membuat ada banyak waktu untuk bertemu pada anak-anak. Untuk memanfaatkan waktu libur, tiap pagi jam 08.00-10.00 kami mengadakan bimbingan belajar kepada anak-anak, dalam hal ini anak-anak paling suka ketika belajar komputer, karena kami kenalkan komputer dan nama softwere maupun hardwere. Kami ajarkan mengoperasikan Microsoft Word, Microsoft ofice Excel, dan Power Point. Waku BimBel dua jam bisa menjadi tiga sampai empat jam karena mereka keasyikan main komputer, ya maklum. mungkin sebelumnya belum pernah liat. Dan sekarang tidak cuma melihat tapi juga memegang dan memainkan. Kami juga perkenalkan permainan-permainan yang ada dikomputer. Ketika main mereka pada betah, bahkan sampai manjing waktu dhuhur.

Komentar